TNI AL Perbanyak Latihan Bersama
Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya TNI Marsetio, mengatakan TNI AL harus terbuka terhadap pandangan global dan memperbanyak latihan-latihan bersama dengan instansi terkait dari luar negeri. Apa yang sudah dilakukan selama ini akan diteruskan dan dipertajam.
"Program Kasal sebelumnya, yakni Laksamana Soeparno, akan saya teruskan dan pertajam. Selama menjadi Kasal, cita-cita saya adalah kita harus semakin membuka diri di era globalisasi sekarang ini," kata Marsetio saat acara pisah-sambut Kasal di Mabes TNI AL, Jakarta, Rabu (2/1).
Menurut dia, Laksamana Soeparno telah melakukan itu dengan baik. "Pak Soeparno telah mengawali latihan-latihan bersama dengan sejumlah angkatan laut negara lain. Saya akan mempertajam kebijakan itu," kata lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut pada 1981 itu.
Dalam pidatonya, Marsetio mengaku mendapatkan banyak bimbingan dari seniornya, Soeparno, yang akan pensiun pada 1 Oktober mendatang. "Saya berharap, sambil menunggu masa pensiun, Bapak Soeparno tetap menjadi bagian dari TNI AL," kata dia.
Marsetio sudah mengenal Soeparno sejak masih di Akademi Angkatan Laut. Soeparno yang merupakan lulusan tahun 1978 kerap selalu membawa Marsetio membantu pekerjaanya di sejumlah satuan. "Beberapa kali saya menjadi staf beliau," ujar dia.
Saat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut di Armada Timur, Marsetio menjadi bawahan Soeparno, termasuk saat ramai persoalan Ambalat pada 2005, hingga saat Soeparno menjadi Komandan Armada Bagian Barat. Terakhir, ketika Soeparno menjadi Kasal, Marsetio dipercaya menjadi wakasalnya. "Beliau selalu membimbing saya hingga sekarang saya menjadi Kasal," kata dia.
Lebih jauh, Marsetio menyatakan akan menyesuaikan program kerja TNI AL sesuai perkembangan dinamika. "Terutama disesuaikan dengan kebijakan pemimpin dan alokasi anggaran yang ada," kata dia.
Peremajaan Alutsista
Namun, yang jelas, Marsetio menyatakan dirinya akan tetap mengacu pada pencapaian kekuatan pokok minimal (minimun essential forces/MEF). "Tak hanya dalam hal peremajaan alat utama sistem senjata/alutsista, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan prajurit," jelasnya.
Prioritas perwujudan MEF, antara lain meningkatkan kemampuan mobilitas TNI AL, meningkatkan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan menyiapkan pasukan siaga (standby force) untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya.
Marsetio juga menjelaskan pembangunan MEF diimplementasikan dalam tiga rencana strategis (renstra) hingga tahun 2024 yang diproyeksikan pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel, dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan
Menurut dia, percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.
Sejumlah persoalan yang mungkin akan dihadapi pada 2013, antara lain perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. "Perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi," katanya.
Dalam sambutan perpisahannya, Soeparno berharap Marsetio semakin mengibarkan TNI AL. Dia bahkan meminta Marsetio membawa TNI AL maju secara signifikan melalui alunan lagu. "Saya yakin dan percaya TNI AL akan lebih maju. Harapan saya, seluruh jajaran TNI AL ikut bekerja kerja keras mewujudkan cita-cita membangun postur TNI AL yang ideal," jelas dia.
Secara terpisah, Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia, saat apel khusus menyambut 2013 di di Mabesau,mengatakan sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis.
"Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi bargaining power dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara," kata Kasau.
Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam renstra TNI AU 2010-2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. "Kemungkinan ancaman dan kontinjensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitas dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan, dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan," jelas dia.
SUmber : KJ
Suasana latihan TNI AL dan AS foto : citraindonesia.com |
"Program Kasal sebelumnya, yakni Laksamana Soeparno, akan saya teruskan dan pertajam. Selama menjadi Kasal, cita-cita saya adalah kita harus semakin membuka diri di era globalisasi sekarang ini," kata Marsetio saat acara pisah-sambut Kasal di Mabes TNI AL, Jakarta, Rabu (2/1).
Menurut dia, Laksamana Soeparno telah melakukan itu dengan baik. "Pak Soeparno telah mengawali latihan-latihan bersama dengan sejumlah angkatan laut negara lain. Saya akan mempertajam kebijakan itu," kata lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut pada 1981 itu.
Dalam pidatonya, Marsetio mengaku mendapatkan banyak bimbingan dari seniornya, Soeparno, yang akan pensiun pada 1 Oktober mendatang. "Saya berharap, sambil menunggu masa pensiun, Bapak Soeparno tetap menjadi bagian dari TNI AL," kata dia.
Marsetio sudah mengenal Soeparno sejak masih di Akademi Angkatan Laut. Soeparno yang merupakan lulusan tahun 1978 kerap selalu membawa Marsetio membantu pekerjaanya di sejumlah satuan. "Beberapa kali saya menjadi staf beliau," ujar dia.
Saat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut di Armada Timur, Marsetio menjadi bawahan Soeparno, termasuk saat ramai persoalan Ambalat pada 2005, hingga saat Soeparno menjadi Komandan Armada Bagian Barat. Terakhir, ketika Soeparno menjadi Kasal, Marsetio dipercaya menjadi wakasalnya. "Beliau selalu membimbing saya hingga sekarang saya menjadi Kasal," kata dia.
Lebih jauh, Marsetio menyatakan akan menyesuaikan program kerja TNI AL sesuai perkembangan dinamika. "Terutama disesuaikan dengan kebijakan pemimpin dan alokasi anggaran yang ada," kata dia.
Peremajaan Alutsista
Namun, yang jelas, Marsetio menyatakan dirinya akan tetap mengacu pada pencapaian kekuatan pokok minimal (minimun essential forces/MEF). "Tak hanya dalam hal peremajaan alat utama sistem senjata/alutsista, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan prajurit," jelasnya.
Prioritas perwujudan MEF, antara lain meningkatkan kemampuan mobilitas TNI AL, meningkatkan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan menyiapkan pasukan siaga (standby force) untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya.
Marsetio juga menjelaskan pembangunan MEF diimplementasikan dalam tiga rencana strategis (renstra) hingga tahun 2024 yang diproyeksikan pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel, dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan
Menurut dia, percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.
Sejumlah persoalan yang mungkin akan dihadapi pada 2013, antara lain perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. "Perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi," katanya.
Dalam sambutan perpisahannya, Soeparno berharap Marsetio semakin mengibarkan TNI AL. Dia bahkan meminta Marsetio membawa TNI AL maju secara signifikan melalui alunan lagu. "Saya yakin dan percaya TNI AL akan lebih maju. Harapan saya, seluruh jajaran TNI AL ikut bekerja kerja keras mewujudkan cita-cita membangun postur TNI AL yang ideal," jelas dia.
Secara terpisah, Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia, saat apel khusus menyambut 2013 di di Mabesau,mengatakan sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis.
"Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi bargaining power dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara," kata Kasau.
Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam renstra TNI AU 2010-2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. "Kemungkinan ancaman dan kontinjensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitas dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan, dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan," jelas dia.
SUmber : KJ
Gabung dalam percakapan